watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

DOKTER KANDUNGAN

Cerita ini fiktif...mohon maaf bila ada kesamaan
dalam karakter enjoy this story
Malam itu terlihat Dewi sedang berada disebuah
tempat praktek Dokter Kandungan, setelah
kejadian-kejadian yang dialaminya dengan Andi
dan Sugito. Dewi takut suatu saat nanti dirinya
hamil karena sperma laki-laki lain, dan kalau nanti
ia sampai hamil pasti suaminya akan mengetahui
perbuatannya bersenggama dengan orang lain.
Hari ini kebetulan suaminya sedang pergi keluar
kota selama 2minggu, Dewi yang memang
sedang menunggu waktu yang tepat untuk
mendatangi dokter kandungan, akhirnya
memutuskan untuk mendatangi tempat praktek
dokter kandungan, ia ingin cepat-cepat
berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk
memastikan alat kontrasepsi apa yang cocok
untuk dia, karena Dewi ingin segera merasakan
kepuasan bersenggama kembali, hampir lebih
dari 2 minggu, Dewi tidak dapat menikmati
sodokan-sodokan ******-****** perkasa yang
dapat memberikan kepuasan kepada dirinya,
karena ia takut akan hamil.
“bu Dewi,”
Dewi mendengar namanya dipanggil.
“Yach, betul,” Dewi menjawab, dan menengok
kearah siempunya suara yang ternyata suster di
tempat praktek ini.
“Sekarang giliran ibu,” kata suster tersebut, “mari
ikut saya, bu.!!”
“Oh..yach,” jawab Dewi, sambil berdiri dan
mengikuti suster itu menuju keruangan praktek.
Dewi baru menyadari tempat praktek dokter
kandungan yang tadi lumayan penuh dengan
pasien, sekarang telah kosong, Dewi menyadari
bahwa ia adalah pasien terakhir.
“Dok, ini ibu Dewi pasien terakhir kita malam ini,”
Kata suster itu kepada lelaki yang berada didalam
ruangan praktek itu
Dalam hati Dewi membatin,”masih muda nih
dokter, dan wajahnya lumayan ganteng,” Dewi
memperkirakan dokter ini seumuran dia.
“Malam, dok,” Dewi menyapa si dokter.
“Malam, juga Bu! Silahkan duduk bu! Apa yang
bisa saya bantu??,” si dokter menjawab sambil
bertanya dan mempersilahkan Dewi duduk.
Sebelum sempat Dewi menjawab pertanyaan
sang dokter, ia mendengar si suster berkata,”
Dok, ibu Dewikan pasien terakhir, dan saya
kebetulan ada keperluan keluarga, boleh saya
pulang lebih dulu,”
“Oh..ok, “ jawab si dokter sambil beranjak dari
tempat duduknya.
“Sebentar yach bu,” kata si dokter ke Dewi, lalu
dokter itu keluar dari ruangan mengikuti si
suster.
Tak lama kemudian dokter itu kembali dan
berkata kepada Dewi,” maaf yach bu, soalnya
saya harus mengunci pintu depan, kalau tidak
nanti ada orang dating lagi untuk berobat atau
berkonsultasi, padahal ibu Dewi-kan pasien saya
terakhir apalagi suster saya sudah pulang”
“Oh..gak apa-apa kok,” balas Dewi
“Nach, sekarang apa keluhan ibu, mudah-
mudahan saya bisa bantu,” tanya si dokter.
“Begini dok, saya ingin memakai alat kontrasepsi,
tapi saya tidak mau kalau suami saya itu
memekai kondom, jadi kira-kira alat kontrasepsi
apa yang bagus untuk saya,” Dewi menjelaskan
maksud tujuannya datang ketempat praktek ini.
“Oh itu, memang ibu dan suami sudah tidak
berkeinginan untuk mempunyai anak lagi,
ngomong-ngomong sudah punya berapa
anak?” tanya sang dokter lagi.
“yach begitulah, saat ini kami mempunyai satu
anak, “ jawab Dewi sedikit berbohong, karena
tidak mungkin ia menjelaskan kedokter bahwa ia
ingin lebih puas dalam menikmati ******-******
perkasa tanpa takut akan hamil.
“Baru satu?? Memang tidak berkeinginan
nambah, bu??” si dokter memastikan.
“Hmmhh…betul,” Dewi menjawab sambil
tersenyum.
“Lalu ibu mau yang sementara atau selamanya,”
tanya sidokter.
“maksudnya??” Dewi balik bertanya.
“Begini loh, Bu!. Kalau sementara saya sarankan
ibu untuk menggunakan spiral, tapi kalau ibu dan
suami ingin untuk selamanya tidak mempunyai
anak lagi, yach! Saya menyarankan ibu untuk
disteril, maksud saya saluran indung telur ibu
harus saya tutup rapat, jadi kalau ibu
berhubungan dengan suami, sperma suami ibu
tidak dapat lagi menerobos kesaluran indung
telur ibu, dengan begitu saya jamin tidak ada
satupun indung telur ibu yang dapat dibuahi oleh
sperma suami ibu,” jelas sang dokter panjang
lebar.
“Ooohhh…begitu,” gumam Dewi,” Kalau gitu
saya pilih yang sementara saja, siapa tahu nanti
kita ingin mempunyai anak”
“Ibu mengambil keputusan yang tepat, nach
sekarang ibu silahkan berbaring disana, saya
akan mempersiapkan peralatannya,” kata si
dokter sambil menunjuk kearah ranjang.
“Bajunya dan CDnya tolong dilepas, Bu!!, terus
ibu kenakan ini” lanjut sidokter sambil
memberikan jubah berwarna biru muda.
“wah, bu!! terbalik pakai jubahnya,” dokter itu
berkata sambil tersenyum saat melihat Dewi
mengenakan jubah itu dengan bagian yang
terbukanya berada didepan.
“Bagian yang terbukanya itu untuk dibelakang,
kalau ibu pakai seperti itu nanti saya gak akan
selesai-selesai memasang alat kontrasepsinya,
karena mata saya akan melihat kedada ibu
terus,” lanjut sidokter sambil bercanda ke Dewi.
“Ohhh…he..he..dokter bisa aja,” Dewi tersipu
malu mendengar guyonan si dokter, sambil
membetulkan jubah tersebut, kemudian iapun
berbaring diranjang.
Dewi bingung melihat ranjang tersebut karena
panjang ranjang tersebut tidak sepanjang
ranjang-ranjang yang biasa ada ditempat-tempat
praktek dokter, panjang ranjang ini hanya
sampai sebatas pantatnya saja, sehingga kedua
kakinya terjuntai kebawah, Dewipun melihat
adanya keanehan dengan ranjang ini, dimana
disamping kiri dan kanan kedua kakinya ada
bantalan cekung dan letaknya lebih tinggi dari
ranjangnya.
Setelah selesaimempersiapkan peralatannya,
sang dokter menghampiri ranjang tersebut,
melihat posisi rebahan Dewi diatas ranjang,
dokter itupun tersenyum simpul,
“Ibu, baru pertama kali yach datang kedokter
kandungan??,” tanya sidokter tersenyum.
Tanpa menunggu jawaban Dewi, sang
dokterpun mulai mengangkat kaki Dewi satu
persatu dan menempatkan dibantalan cekung
yang berada disamping kiri kanan kaki Dewi itu,
perbuatan sidokter membuat Dewi terhenyak,
Dewi tahu dengan posisinya dimana kedua
kakinya terangkat dan terbuka lebar ini,
kemaluannya akan Nampak jelas didepan
sidokter, mukanyapun menjadi merah karena
menahan malu, melihat Dewi yang tersipu-sipu
malu dan wajahnya menjadi merah, sidokter
hanya tersimpul dan diapun merasa yakin sekali
bahwa ini adalah kunjungan yang pertama Dewi
ke dokter kandungan.
“Maaf, yach, Bu,” sidokter berkata saat jari
jemarinya mulai menyentuh bibir vagina Dewi.
“Hhmmmhh….,” Dewi hanya bisa mengangguk,
karena menahan malu dan perasaan yang aneh
saat jari-jari sidokter menyentuh bibir vaginanya.
Kedua jari tangan kiri sidokter mencoba untuk
sedikit membuka lubang vagina Dewi dari
sebelah atas, sehingga kelentit Dewi tersentuh
oleh telapak tangan sidokter, sementara tangan
kanan sidokter mencoba untuk memasukkan
peralatan hampir seperti corong, agak lumayan
lama sidokter berkutat untuk memasukkan alat
itu kelubang vagina Dewi, sementara Dewi
merasakan geli yang aneh dan nikmat saat
kelentitnya tergesek-gesek oleh tangan sidokter,
akibatnya gelora birahi Dewi mulai bangkit,
memeknya mulai basah.
“Ouugghhh…..ssshhhh,” Dewi menjerit lirih saat
merasakan alat yang seperti corong berdiameter
3cm terbenam di dalam lubang senggamanya,
pantatnya terangkat sedikit, kedua tangannya
mencengkram pinggiran ranjang dengan erat.
“Maaf..bu.!! sakit…!! Tahan sebentar yach, saya
akan mulai memasang spiralnya,” kata sidokter.
Si dokter merasa heran dengan kondisi lubang
vagina Dewi yang masih sempit ini, dalam
hatinya ia berkata, “gila nich ibu, udah keluar satu
anak, tapi masih sempit begini, sepertinya juga
jarang dipakai oleh suaminya,”, sambil
tangannya memijat-mijat pelan kedua belah bibir
vagina Dewi dengan tujuan untuk membuat
rileks otot-otot vagina Dewi, saat ia sedang
memijat-mijat itu dari corong kacanya itu ia
melihat lubang vagina Dewi yang berwarna
merah muda itu berkedut-kedut, belum pernah
selama ia praktek melhat kejadian ini, karena
sudah berpengalaman ia mengetahui bahwa
tebakannya itu betul, memek Dewi jarang dipakai
oleh suaminya, karena hanya dengan alat yang
teronggok diam saja memek Dewi sudah basah.
“Hhhhmmmm…
sssshhhh….hhhmmmm…..ssshhhh..” Dewi
merintih lirih menikmati pijatan-pijatan lembut
dibibir vaginanya dan merasakan sumpalan alat
dilubang senggamanya.
Mendengar lirihan Dewi, sidokter semakin yakin
dengan tebakannya itu, dalam hatinya
membatin,”kalau kuentot mau tidak yach ini
ibu???, atau malah nanti dia marah??..”
Setelah melihat cengkraman dinding vagina Dewi
dialatnya mulai mengendur, sidokterpun mulai
mengambil spiral berbentuk T dan penjepitnya,
lalu melalui corong tadi ia mulai memasukkan
spiral tersebut menggunakan penjepit, karena
corong itu terbuat dari kaca ia bisa melihat
keadaan didalam lubang vagina Dewi, setelah
tepat disasaran, iapun sedikit menekan
penjepitnya kemudian ia melepaskan jepitan di
spiral tersebut dan menarik keluar jepitannya,
sambil memegangi kedua bibir vagina Dewi,
sidokter memastikan spiral tersebut terpasang
dengan benar, kemudian dengan perlahan-lahan
corong itu ia tarik keluar dari lubang vagina
Dewi, gesekan yang ditimbulkannya membuat
Dewi mengerang lirih.
Setelah terlepas, sidokter kembali memijat-mijat
vagina Dewi, sebetulnya pijatan-pijatan itu tidak
perlu dilakukan, dan belum pernah ia lakukan
selama ia praktek, saat ini ia lakukan karena ia
terangsang dengan bentuk vagina Dewi, dalam
hatinya ia juga merasa heran kenapa saat ini ia
terangsang ingin melakukan persetubuhan
dengan pasiennya. Dewi sendiri yang dari tadi
birahinya sudah bergejolak, merasakan pijatan-
pijatan lembut yang saat ini sedang dilakukan
oleh sang dokter semakin membuat birahinya
membara, erangan-erangannya semakin sering
terdengar, tubuhnyapun menggelinjang-
gelinjang karena geli dan nikmat.
“Oh..baru pijatan tangannya saja sudah
membuatku melayang-layang, apalagi kalau dia
sodok aku dengan kontolnya, Oh gila betul
rangsangan ini,” Dewi berkata dalam hatinya.
Tangan Dewi yang tadi sedang mencengkram
ranjang mulai beralih kepayudaranya sendiri,
dari balik jubahnya iapun mulai meremas-remas
kedua bukit kembarnya, merasa kurang puas
karena terhalang oleh BH dan jubah yang masih
menutupi tubuhnya, Dewi kemudian melucuti
semuanya sehingga sekarang Dewi telanjang
bulat didepan sang dokter, tangannya kembali
meremas-remas kedua bukit kembarnya itu,
mulutnya mendesis-desis menandakan Dewi
sedang menikmati semua itu.
Sang Dokter yang melihat aksi Dewi melucuti
jubah dan Bhnya serta aksi remasan tangan
Dewi dikedua bukit kembarnya itu tersenyum
simpul, “nampaknya ia mulai terangsang dengan
pijatan-pijatanku,”, lalu tanpa menghentikan
pijatannya, ia pun mulai menciumi kelentit Dewi
yang mulai terlihat dan mengeras, tidak hanya
diciumi saja, tapi ia jilati dan hisap-hisap kelentit
Dewi yang membuat Dewi semakin
menggelinjang merasakan kenikmatan
permainan lidah sidokter, aksi sidokter semakin
menggila, jari tengah salah satu tangan yang
sedang memijat-mijat itu mulai menerobos
lubang kenikmatan Dewi, dengan gerakan
perlahan-lahan sidokter mulai mengeluar-
masukkan jari tangannya itu, akibatnya lubang
vagina Dewi semakin basah, erangan-erangan
Dewipun semakin sering terdengar. Pantatnya
semakin sering terangkat seolah menyambut
sodokan jari tangan sidokter, kepalanya
bergoyang kekiri kekanan, tubuhnya kadang-
kadang melenting, Dewi betul-betul menikmati
serangan-serangan sang dokter dikemaluannya.
“Ouughhhh….dddoookkk….eenaaaakkk…
aakhhuuu…mau..kel luaarr…ssshhh…
aagghhhh..”Dewi merintih-rintih kenikmatan.
Ssssrr……ssssrrrr….ssssrrrr…… memek Dewi
memuntahkan lahar kenikmatannya.
Tubuh Dewi mengejang, sang dokter merasakan
hangatnya air kenikmatan Dewi yang
membasahi jari tangannya.
“Enak, Bu!!,” tanya sidokter.
“Iyaachh…”Dewi menjawab dengan nafas yang
masih tersengal-sengal, matanya terpejam
menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja
ia rengkuh.
Tanpa buang waktu lebih lama lagi, sang
dokterpun mulai melucuti seluruh pakaiannya,
sehingga sekarang iapun telanjang bulat,
Nampak kontolnya sudah berdiri dengan tegak,
ukurannya lumayan besar dan panjang, diapun
mulai mengelus-eluskan kontolnya dibibir vagina
Dewi, membuat Dewi menggelinjang, dengan
pelan-pelan sang dokterpun menyelipkan kepala
kontolnya di lubang memek Dewi, setelah
merasa tepat disasaran sang dokterpun mulai
melesakkan kontolnya kedalam lubang memek
Dewi, setahap demi setahap.
Sleeepp….bleeessss….bleessss…..
****** sang dokter mulai terbenam seluruhnya
dalam lubang kemaluan Dewi, Dewi yang
merasakan ****** dokter itu mulai memasuki
lubang senggamanya, mendesis lirih. Hatinya
membatin,”lumayan besar juga kontolnya, tapi
tidak sebesar punyanya pak Sugito”.
“Ssshhh….aaaaghhhh..dook…kontolmu besar
juga…. sssshhhh….puaskan aku dengan
kontolmu ssshhhh…”desis Dewi.
Dengan perlahan-lahan Sang dokter mulai
mengeluar-masukkan kontolnya didalam lubang
senggama Dewi, kedua tangannya berpegangan
dipaha Dewi, lama-lama gerakan maju-mundur
sang dokter semakin cepat, keringatpun mulai
mengalir dikedua tubuh mereka, udara dingin
didalam ruangan praktek karena AC tidak
menghalangi keluarnya keringat mereka.
Erangan Dewi dan sang dokter semakin
terdengar, lenguhan-lenguhan nikmat keluar dari
kedua mulut mereka.
“Ouughhh…dookkk…teeruusss…
ssooddokkk .memekkuuuu…dengaaannn
kkonttolmu..ituuu… aaaggghhhh…” Dewi
mengerang kenikmatan menikmati sodokan
****** sang dokter di lubang senggamanya.
“Hhhhmmmm…aaaaghhh…memekmuuu…
benaaarr-benaar..sseeemmpitt enaaakkk…
oouughhh … koontooolllkuuu…teerjeppiitt…
bbeetulll… “ Sang Dokterpun melenguh keenakan
merasakan jepitan dinding vagina Dewi dibatang
kontolnya..
“Teekkaaannn…lebih daaalllaamm…dookk..
yaaahh..begituu..ssshhhhh…oouughhh…,” rintih
Dewi meminta sang dokter untuk menekan lebih
dalam, yang dituruti oleh sang dokter, dengan
hentakan-hentakan yang lebih dalam, hingga
kontolnya terbenam sampai pangkalnya saat
sang dokter mendorong masuk kontolnya.
Tak lama kemudian nampak gerakan sang
dokter bertambah cepat dan mulai tak beraturan,
sementara itu tubuh Dewipun semakin sering
terlihat melenting dan pantatnya semakin sering
terangkat berbarengan dengan sodokan ******
sang dokter, lenguhan dan erangan mereka
bertambah kencang terdengar dan saling
bersahutan, nampaknya kedua insan ini akan
merengkuh puncak kenikmatan persetubuhan
mereka.
“Ouughhh…doookkk…aaaakkkkuuu…
kkeeelluuarrr,” Dewi mengerang tubuhnya
melenting.
“Akkkhhuuu…juuggaaa…
mmaaauuu….ooouugghhhh..” sang dokterpun
melenguh, dan menekan dalam-dalam
kontolnya didalam lubang senggama Dewi, lalu
terdiam.
Creeetttt…..ssssrrrr…..ccrreeeettt…..ssssrrrr…..
Kedua kemaluan mereka akhirnya memuntahkan
lahar kenikmatan berbarengan, sand dokter
merasakan batang kontolnya tersiram oleh
hangatnya lendir kenikmatan Dewi dan ia juga
merasakan dinding vagina Dewi berkedut-kedut
meremas-remas batang kontolnya, Dewi sendiri
merasakan dinding rahimnya tersemprot oleh
cairan hangat sperma sang dokter dan Dewi
sendiri merasakan pada dinding vaginanya
batang ****** sang dokter berdenyut-denyut.
Kemudian sang dokter mencabut batang
kontolnya dari jepitan vagina Dewi setelah ia
merasakan remasan-remasan dinding vagina
Dewi berhenti dan kontolnya mulai mengecil,
saat kontolnya tercabut dari lubang kenikmatan
Dewi, terlihat olehnya cairan spermanya
bercampur dengan lendir kenikmatan Dewi
mulai mengalir perlahan dan menetes jatuh
keatas lantai.
Setelah nafas mereka kembali normal, mereka
mengenakan pakaian mereka kembali, kemudian
sang dokter memberi tahu Dewi bahwa spiral
yang ia pasang itu bisa bertahan untuk 5 tahun,
tetapi alangkah bagusnya setiap 3-6 bulan sekali
harus diperiksa, untuk memastikan letaknya tidak
berubah atau lebih parahnya terlepas. Dewi
mengangguk tanda mengerti dalam hati Dewi
berkata ,”pasti aku akan balik lagi, untuk
menikmati sodokan-sodokan kontolmu lagi,”
Sebelumpulang Dewi bertanya berapa biaya
yang harus dibayar olehnya, yang dijawab oleh
dokter itu dengan senyuman dan kecupan
ringan dibibir Dewi, gratis!!! bisiknya
Dewipun pulang dengan tersenyum simpul,
dalam hatinya ia membatin bertambah satu lagi
koleksi ****** yang bisa membuat puasku, yang
bisa menghilangkan dahaga batinku. Dan
sekarang ia tidak akan takut hamil bila melakukan
persetubuhan dengan siapapun.


Adult | GO HOME | Exit
1/3252
U-ON

inc Powered by Xtgem.com